![Kisah kejujuran para tentara saat perang kemerdekaan](http://cdn.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2013/08/16/234603/250x125/kisah-kejujuran-para-tentara-saat-perang-kemerdekaan.jpg)
Di tengah peperangan, nyaris tak ada aturan yang berlaku. Yang kuat yang berkuasa, yang pegang senjata bisa menindas dan merampok rakyat.
Tapi tak harus selalu seperi itu. Buktinya, dalam perang kemerdekaan banyak kisah teladan para prajurit TNI. Kejujuran mereka bikin geleng-geleng kepala. Jika mau bisa saja mereka lari membawa uang negara dan memperkaya diri sendiri. Tapi hal itu tak dilakukan.
Ada juga kisah tentara yang tak mau makan makanan hasil rampasan karena menganggapnya tidak halal. Luar biasa, di tengah perang dan kelaparan, iman masih bisa dipegang.
Ironis, setelah 68 tahun Indonesia mesekrdeka, jarang ali pejabat yang meneladani para prajurit TNI di awal kemerdekaan ini. Korupsi dan makan uang haram dilakukan hampir setiap pejabat. Tak malu lagi merampok uang rakyat demi memperkaya diri sendiri.
Berikut kisah kejujuran tentara seperti dituturkan Kolonel (Purn) Alex Evert Kawilarang dalam biografi Untuk Sang Merah Putih karya Ramadhan KH yang diterbitkan Pustaka Sinar Harapan.
1. Tolak makan makanan haram
![Kisah kejujuran para tentara saat perang kemerdekaan](http://cdn.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2013/08/16/234603/paging/540x270/tolak-makan-makanan-haram.jpg)
Biasanya dalam perang, tentara makan rampasan perang itu hal biasa. Kadang malah mengambil ternak milik penduduk untuk disantap. Tapi teladan langka ditunjukan oleh seorang Perwira bernama Letnan Gojali.
Tahun 1946, Kepala Staf Resimen Divisi II TNI Mayor Alex Evert Kawilarang menumpas gerombolan perampok di Cibarusah Bogor. Setelah baku tembak mereka mengalahkan para perampok yang meresahkan warga.
Setelah berjaga semalaman, Kawilarang mencari sarapan. Dia melihat ada anak buahnya yang makan pisang di markas itu, Kawilarang lalu ikut makan.
Tapi yang membuatnya heran, seorang anak buahnya yang bernama Letnan Muda Gojali, tak ikut makan. Kawilarang pun bertanya apa Gojali tidak lapar?
"Neen Mayoor, die pisang is gekocht met gerampokt geld. Ik eet dat niet (Tidak mayor, pisang itu dibeli dari uang hasil rampokan, saya tidak mau makan," jawab Gojali.
Kawilarang kagum mendengar jawaban Gojali. Kepercayaan pada anak buahnya itu makin besar.
2. Tak tergiur guci berisi harta karun emas permata
![Kisah kejujuran para tentara saat perang kemerdekaan](http://cdn.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2013/08/16/234603/paging/540x270/tak-tergiur-guci-berisi-harta-karun-emas-permata.jpg)
Anak buah Mayor Kawilarang melakukan penggalian di bekas markas Jepang di sekitar Cigombong. Mereka mencari senjata Jepang yang biasanya disembunyikan dengan cara dikubur dalam tanah.
Tapi bukannya senjata, para prajurit TNI itu malah menemukan sebuah guci besar. Lebih mengejutkan, isi guci itu ternyata penuh emas dan permata dan berkilauan.
Walau bisa kaya tujuh turunan, para tentara jujur itu tak mau mengambilnya. Mereka lalu lapor dan menyerahkan harta itu pada Kawilarang, komandan mereka. Kawilarang juga jujur, dia tak mau makan emas permata peninggalan Jepang. Dia berniat menyerahkan harta temuan pasukannya pada pemerintah Indonesia yang saat itu masih morat-marit.
Kawilarang tahu harus mengutus siapa. Dia memanggil Letnan Muda Gojali yang jujur. Kawilarang mengutus Gojali menyerahkan harta karun itu ke Kementerian Dalam Negeri di Purwokerto.
Gojali melaksanakan tugasnya dengan baik. Dia menyerahkan harta karun pada Sumarman yang kala itu menjabat Sekretaris Mendagri.
Berapa nilai harta karun tersebut, sebuah majalah pernah mencoba menghitung berdasar bukti-bukti otentik yang ditemukan. Isinya tak kurang dari tujuh kilogram emas dan empat kilogram permata. Nilainya kala itu saja diperkirakan Rp 6 miliar. Bandingkan besarnya jumlah itu dengan gaji seorang tentara yang kala itu berkisar Rp 50.
Read More --►